POSPUBLIKNEWS.COM
Kota Bekasi - Rencana mutasi dan rotasi pejabat di lingkungan Pemkot Bekasi menarik atensi sejumlah pihak. Seruan penolakan pun mulai bermunculan terutama dari luar pemerintahan.
Banyak pihak menyoal kebijakan yang diambil Penjabat (Pj) Wali Kota Bekasi, Raden Gani Muhamad yang dinilai hanya menimbulkan kegaduhan. Namun tak sedikit pula, pihak-pihak yang mendukung langkah, tersebut.
Mutasi dan rotasi sejatinya bukanlah hal luar biasa dalam penyelenggaraan pemerintahan. Bahkan kebijakan tersebut diatur dalam sejumlah peraturan. Selama mutasi dijalankan dengan mempedomani aturan tersebut semestinya mutasi dan rotasi tak perlu dipersoalkan.
Lantas, kenapa kebijakan Raden Gani Muhamad ditentang sejumlah pihak. Dugaan paling kuat tentu karena adanya benturan atau silang kepentingan berkenaan dengan kebijakan tersebut.
Silang kepentingan terjadi antar pejabat di lingkungan Pemkot Bekasi. Yang ini bermula dari proses transisi kepemimpinan kepala daerah dari Rahmat Effendi ke Tri Adhianto, kemudian Tri Adhianto ke Gani Muhamad. Dan tidak menutup kemungkinan ini juga berkorelasi dengan kepentingan suksesi Pilkada Kota Bekasi 2024 yang sudah di depan mata.
Gani Muhamad harus paham, bahwa ia masuk ke Kota Bekasi di tengah proses transisi peralihan kekuasan dari Rahmat Effendi ke Tri Adhianto. Di mana selama proses itu berlangsung, banyak perubahan terjadi.
Perubahan paling nyata tentu dalam tubuh birokrasi. Di mana Tri selaku nahkoda baru kala itu mencoba membangun gerbong baru di tubuh birokrasi.
Sama halnya dengan yang saat ini tengah dilakukan Gani, Tri juga melakukan mutasi dan rotasi.
Lewat kebijakan mutasi dan rotasi, ia menempatkan para pejabat yang dianggap loyal kepadanya untuk mengisi pos atau jabatan tertentu.
Dampak kebijakan tersebut, terjadilah pembelahan di tubuh birokrasi khususnya di level pejabatnya. Muncul kubu barisan Tri dan kubu barisan sakit hati.
Serta satu kubu lagi yakni barisan cari aman, seolah-olah netral namun sebenarnya hanya mementingkan karir dan jabatannya saja.
Pembelahan ini semakin menguat usai Tri tak lagi menjabat sebagai kepala daerah dan tampuk kepemimpinan dipegang oleh Gani.
Di era Gani, barisan sakit hati dan barisan cari aman coba merangsek masuk ke dalam lingkaran inti. Sementara barisan Tri Adhianto kabarnya memilih mbalelo alias membangkang.
Bahkan informasinya, diam-diam barisan Tri ini masih terus menjalin kontak dengan Tri meskipun tak lagi menjabat Wali Kota Bekasi.
Buktinya, pada saat sejumlah Camat di Kota Bekasi terjerat kasus netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN), Tri tampil ke muka publik dengan memberikan pernyataan yang intinya membela bekas anak buahnya tersebut.
Masih terjalinnya hubungan gelap antara Tri dan pejabat Pemkot Bekasi konon karena ada kepentingan suksesi Pilkada 2024.
Para pejabat di tempatkan di pos-pos strategis dengan tujuan, membantu mensukseskan hajat Tri di Pilkada.
Lewat orang-orang tersebut, sejumlah kebijakan pemerintah bisa diarahkan untuk memberikan keuntungan politik bagi Tri yang pada Pilkada nanti berstatus petahana.
Ada dugaan pula, para pejabat sengaja didesain sebagai sumber pendanaan Tri pada Pilkada nanti.
Gani sendiri, yang pada awal datang menjejakan kaki di Kota Bekasi mencoba bersikap netral, nampaknya justru terperangkap dalam konflik silang kepentingan para pejabat Kota Bekasi.
Ia yang banyak dikelilingi barisan sakit hati, nampaknya baik sadar atau tidak justru lebih memilih mendengarkan masukan para barisan sakit hati ini.
Bahkan, kebijakan mutasi dan rotasi yang diambil Gani konon merupakan desain barisan sakit hati. Lewat tangan Gani, mereka mencoba meraih jabatan dan pos strategis yang hari ini ditempati barisan Tri Adhianto.
Sementara Gani sendiri nampaknya juga punya misi pribadi dalam mutasi kali ini. Mutasi dilakukan dengan tujuan penegasan diri bahwa dialah ‘Bosnya’ di Pemkot Bekasi.
Atas kecurigaan itulah, barisan Tri kabarnya tidak tinggal diam. Diam-diam mereka mengkonsolidasikan diri dan membuat perlawanan dengan memanfaatkan pihak luar agar bersuara menolak kebijakan mutasi.
Sebab, jika sampai mutasi dan rotasi benar terjadi maka luluh-lantak sudah segala rencana yang sudah dibangun barisan Tri.
Dan bukan tidak mungkin, upaya perlawanan ini berjalan diduga karena ada dukungan dan persetujuan Tri Adhianto yang sejak awal dikabarkan tak menginginkan Gani sebagai penggantinya usai tak menjabat kepala daerah. (Red)